Sebuah ladang yang luas ditumbuhi oleh informasi yang tanpa batas hingga kertas-kertas yag dipegang oleh masyarakat tak mampu lagi menampungnya.. kami merasa peduli dengan itu semua.. kami merasa butuh melestarikan isi ladang tersebut.. kami merasa selalu butuh informasi... dan... kami menciptakan sebuah KERTASBARU

Jatinangor oh.. Jatinangor

Jatinangor..
sebenarnya apa sih yang disebut Jatinangor???
sebuah kecamatan yang luas, padat ramai, ribut namun bikin kita kangen terus...
sebuah kawasan nun jauh di ujung timur Bandung Raya

Kali ini KERTASBARU bakal ngajak kamu jalan-jalan ke kawasan yang disebut kawasan pendidikan itu...
mengintip dari banyak celah yang tak terdeteksi oleh masyarakat mengenai wilayah yang dihuni 4 perguruan tinggi itu...

Rabu, 23 Januari 2008

Jatinangor Punya Siapa?


Kabupaten Sumedang bakal terancam kehilangan sedikitnya 30% sumber pendapatan asli daerah (PAD) bila Kab. Bandung "mencaplok" Kec. Jatinangor dan Kec. Cimanggung untuk pembentukan wilayah Kab. Bandung Timur. Kab. Sumedang akan kehilangan sekira Rp 15 miliar per tahun dari total PAD daerah tsb sebesar Rp 45 miliar per tahun, bila dua kecamatan tsb masuk wilayah pemekaran Kab. Bandung. (www.pikiran-rakyat.com)

Meskipun baru sebatas wacana, rencana dimasukannya Jatinangor menjadi bagian Kabupaten Bandung Timur ini cukup meresahkan sebagian aparat dan masyarakat Jatinangor sendiri. A. Beni Triyadi (35), Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Jatinangor, ketika saya hubungi, di kantor Kecamatan Jatinangor (23/1), mengatakan bahwa isu tersebut mungkin saja digulirkan oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan dalam pembentukan Kabupaten Bandung Timur.

Tambahnya, aparat Kecamatan Jatinangor sendiri sampai saat ini belum mendapatkan keterangan secara resmi baik dari pemerintah Kabupaten Sumedang ataupun dari Kabupaten Bandung terkait isu tersebut. “Sampai saat ini belum ada sama sekali, hal tersebut harus berawal dari keinginan masyarakat sendiri,” sambungnya.

Menurut lulusan jurusan Sosial Politik Universitas Kediri ini, Bupati Sumedang pun tidak akan begitu saja melepaskan Jatinangor. Hal itu terkait juga dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disumbangkan Jatinangor untuk Kabupaten Sumedang. Menurutnya, sampai saat ini Jatinangor merupakan penyumbang PAD terbesar bagi Kabupaten Sumedang. “Dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) saja, Jatinangor menyumbang 1 miliar tiap tahunnya,” sambungnya.

Secara pribadi, mantan Sekcam Tanjungkerta, ini juga keberatan jika pada nantinya Jatinangor bergabung dengan Kabupaten Bandung Timur. “Saya sebagai warga masyarakat Kabupaten Sumedang sangat keberatan. Tetapi, jika memang itu berdasarkan keinginan masyarakat kita, kenapa tidak? Asalkan ditempuh sesuai dengan prosedur yang benar,” katanya.

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa (Kabid PMD) Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) Kabupaten Sumedang, Drs. Toto Suharyana, M.Si, mengatakan bahwa “sengketa” Jatinangor tersebut tidak ada dan baru sebatas isu saja yang bergulir di masyarakat.

Pro-kontra mengenai “pencaplokan” Jatinangor menjadi bagian dari Kabupaten Bandung Timur juga terjadi di masyarakat. Monique (19) seorang mahasiswa Unpad mengatakan tidak setuju jika Jatinangor menjadi bagian Kabupaten Bandung Timur. “Jatinangor kan dibangun oleh Sumedang, jadi secara historis dan psikologis, masyarakatnya sendiri lebih dekat sama Sumedang,” katanya.

Selain itu, sebagian masyarakat Jatinangor sendiri justru tidak memerdulikan status Jatinangor apakah nantinya menjadi bagian Kabupaten Bandung Timur atau Kabupaten Sumedang. Ical (20) warga asli Sumedang mengatakan, “Ah saya mah tidak mau ambil pusing. Lagian Jatinangor kan kecamatan paling kaya di Sumedang, kasihan Sumedang nantinya.”(san)




Jatos, PP dan Eksistensinya



Jatinangor sebagai sebuah kawasan pendidikan memang bisa dibilang sebuah lahan basah bagi para pebisnis. Populasi yang begitu besar untuk sebuah kawasan kecil.

Jatinagor secara perekonomian hidup dari sirkulasi uang yang dihasilkan oleh masyarakat dan mahasiswa yang tinggal didalamnya. Lebih dari 10.000 ribu mahasiswa ikut menggerakan roda perekonomian Jatinangor.

Saat ini, di Jatinangor telah hadir dua pusat perbelanjaan modern. Sebut saja Jatinangor Town Square (Jatos) dan Plaza Padjadjaran (PP) dua pusat perbelanjaan itu ikut meramaikan warna-warni wajah Jatinangor.

Plaza Padjadjaran, terletak di ujung Jatinangor. Berdiri dengan bangunan yang didominasi warna orange, PP tampak eye cathing dan cukup gampang dikenali.

Jatos, memiliki tempat yang cukup strategis karena berada di tengah-tengah kecamatan ini. Jatos dirasa cukup lengkap dan besar untuk sebuah pusat perbelanjaan ditengah kawasan seperti Jatinangor.

Adanya dua tempat tersebut disadari atau tidak akan menghadirkan sebuah persaingan yang ketat namun bila dilihat dari segmentasinya kedua tempat tersebut memiliki segmentasi yang berbeda. Jatos diseting sebagai sebuah pusat perbelanjaan dengan segala macam toko yang ada didalamnya sedangkan PP lebih diarahkan sebagai tempat kongkow-kongkow anak muda Jatinangor.

Saat pertama kali wacana mengenai pembangunan dua pusat perbelanjaan ini diumumkan, sempat terdengar pendapat miring dan kontroversi. Namun seiring pembangunannya terlebih lagi melihat manfaat yang dihasilkannya perlahan tapi pasti masyarakat Jatinangor mulai menerima kehadiran keduannya.(ksh)


Menikmati Boekoe, Gambar Idoep, dan Muziek di Batoe Api



Tinggal di Jatinangor tidak selalu berarti 'jauh dari peradaban' dan kehilangan akses untuk hal-hal yang bersifat menghibur. Batoe Api bisa menjadi alternatif tempat tujuan. Di sini, tersedia boekoe yang bisa menjadi sarana hiburan maupun sumber literatur bahan tugas mahasiswa, gambar idoep alias film dalam format DVD maupun VCD yang disewakan, dan muziek dari hampir segala zaman, yang bisa dipesan dalam format CD.

Menurut Anton, sang pemilik, Batoe Api berdiri sejak tahun 1999. Batoe Api berlokasi di pinggir Jalan Raya Bandung-Sumedang, Jatinangor, dan tepat di depan rumahnya sendiri. Semua buku, film, dan musik yang menjadi koleksi Batoe Api adalah koleksi pribadinya, yang sudah ia kumpulkan sejak semasa kuliah. Hingga kini, koleksi Batoe Api termasuk sekitar 8.000 judul buku dan sekitar 4.000 judul film. Untuk menikmati koleksi ini, Anda cukup mengeluarkan sepuluh ribu rupiah untuk menjadi anggota, dan masa keanggotaannya berlaku selama masih sanggup meminjam. Sampai saat ini, Batoe Api memiliki 4.309 anggota, dengan saya sebagai anggota terakhirnya.

Di sini, buku-buku disewakan dengan harga 500-1000 rupiah per harinya, sementara film yang "umum" bisa dipinjam dengan membayar 2500 rupiah per hari. Namun untuk "barang-barang langka", perhitungannya tentu berbeda. Untuk yang sulit diperoleh di pasaran alias langka, Anton mematok harga 20 ribu rupiah per-DVD untuk gambar idoep, sedangkan untuk muziek, ia menyediakan rekaman berformat CD audio yang dihargai 15 ribu rupiah. Termasuk koleksi Anton misalnya film Lumiere produksi Perancis, yang juga termasuk salah satu film pertama yang pernah dibuat di dunia, dan rekaman musik tradisional dari berbagai belahan dunia yang sudah sulit dicari. Semuanya bernilai koleksi tinggi. Selain itu, Batoe Api juga menyediakan kliping yang bisa difotokopi. Temanya beragam; mulai dari buku dan resensi musik hingga wisata kuliner. Per halaman kliping bisa diakses dengan membayar 500 rupiah.

Di balik nama Batoe Api, lulusan jurusan Ilmu Sejarah Unpad ini mengaku nama tersebut dipilihnya karena tiba-tiba terpikir, dan nyaris tidak ada alasan khusus. Kalaupun ada, menurutnya, filosofi nama Batoe Api adalah 'sesuatu yang memercik dan bisa membuat orang terbakar'. Lucunya, tempat ini pernah didatangi seseorang yang mencari batu api sungguhan, padahal kata 'Perpoestakaan' sudah jelas terpampang di papan namanya.

Meskipun perpustakaan selalu beresiko kehilangan sebagian koleksinya karena ada peminjam yang tidak mengembalikan buku, Anton tetap yakin menjalankan bisnis ini. Menurutnya, anggota Batoe Api yang kebanyakan mahasiswa dan berdomisili di sekitar Jatinangor menjadi faktor pendukung tersendiri. Selain itu, kini Batoe Api lebih mengkhususkan diri sebagai perpustakaan, dan tidak lagi sekaligus menjadi toko buku. Anton menegaskan, fokus Batoe Api adalah membuat orang-orang menyukai buku, film, dan musik, sehingga dapat mengapresiasi ketiganya secara seimbang. Pertimbangan itu pulalah yang membuatnya memilih menghindari diskusi-diskusi, sekaligus menghindari tema semacam politik dan ekonomi di klipingnya.

Nah, bagi Anda penggemar boekoe, gambar idoep, atau muziek dan berdomisili sekitar Jatinangor, silakan datang ke Jalan Raya Jatinangor no.142A. Batoe Api buka dari Senin hingga Sabtu, pukul 10 pagi hingga 6 sore.(pm)

Turnamen di Tengah Kesunyian


Ditengah kesunyian yang melanda Jatinangor saat ini, Pooltime, sebuah tempat cozy yang jadi pusat main bilyard di Jatinangor, tepatnya di Jatinangor Town Square membuat sebuah acara yang cukup seru.

Acaranya sendiri dilaksanakan 20 Januari yang lalu, menurut saya bukan waktu yang cukup tepat karena kebanyakan mahasiswa pasti memilih menghabiskan liburannya. Acara ini memang tidak memakan waktu yang lama cuma satu hari soalnya didukung oleh table yang lumayan banyak juga, acaranya sendiri terbilang sukses apalagi mampu merangkul cukup banyak peserta.

Terbagi dalam lebih dari 10 pool dan merangkul lebih dari 50 peserta membuat turnamen yang dilaksanakan saat liburan ini tidak sepi pemain. Ngga cuma pemain cowo aja yang ikut berpertisipasi tapi para cewe pun ikut nunjukin kemampuannya.

Hadiah yang ditawarkan dalam turnamen ini memang ngga terlalu besar tapi cukup lah untuk have fun sama teman-teman. Dari turnamen yang cukup melelahkan lantaran dibabat selama sehari ini, akhirnya keluarlah nama Bobot sebagai pemenangnnya setelah mengalahkan temannya sendiri di babak final.

Menurut saya acaranya sendiri cukup keren tapi sayangnya waktunya ngga tepat dan kurang publikasi, coba kalau publikasinya lebih jor-joran pasti pesertanya lebih banyak lagi, iya ngga?? (cha)

LP Channel, Tipi-nya Jatinangor


Apakah kamu pernah menonton acara televisi (TV) lokal seperti di Jak TV, O channel (Jakarta), CTV (Banten), STV, PJTV, MQTV, Bandung TV (Bandung), Bali TV (Bali)? Atau pada kota besar lainnya? Kini hampir semua kota yang ada di pelosok Indonesia telah memiliki stasiun TV lokal sendiri. Dari stasiun TV lokal tersebut tentunya memiliki acara-acara yang cukup menghibur pemirsanya. Segmentasi penontonnya pun beragam, mulai dari orangtua hingga anak kecil.

Kawasan Jatinangor pun tak mau ketinggalan. Kawasan yang notabene merupakan kawasan pendidikan ini juga memiliki stasiun TV lokal. Literature Project atau yang sering dikenal dengan LP kini membuat project baru., LP Channel. LP cukup terkenal di kawasan Jatinangor dan sekitarnya, khususnya bagi para mahasiswa Unpad. LP yang berdiri pada 23 Agustus 2004 lalu oleh beberapa orang mahasiswa ini selain memiliki TV komunitas, media yang bergerak di bidang broadcast ini juga memiliki radio komunitas, baik LP Channel dan LP Radio 107,3 FM. Para awaknya pun masih berstatus sebagai mahasiswa, baik sebagai anchor, reporter, cameraperson, presenter, promo off air bahkan General Manager-nya pun masih berstatus sebagai mahasiswa.

Saat ini LP channel masih melalui masa siaran percobaan, tayangan perdananya menurut GM LP media broadcast ini akan mengudara pada bulan Febuari 2008 nanti. Menurutnya masih banyak yang harus diperbaiki mulai dari perlengkapan produksi hingga jadwal yang selalu berbenturan dengan jadwal kuliah para anggotanya.

“Kami masih berbenah, maklumlah masih mahasiswa,” kata Fannie Ferdiansyah, GM LP Media Broadcast.

Dari ide-ide cemerlang yang berasal dari anggotanya lah LP Channel ini memiliki beberapa tayangan. Mulai dari acara yang bernuansa romantis, menghibur, hingga acara shopping mall yang biasanya digemari oleh mahasiswa.

“Nantinya jika acara-acara kami sudah cukup berkualitas kami akan menjualnya pada stasiun TV lokal yang ada di Bandung, mungkin imbalannya untuk menambah perlengkapan yang ada,” kata Lulu panggilan akrab GM LP Media Broadcast ini.

Semua biaya produksi merupakan hasil dari masukan anggotanya sisanya dari investor kecil-kecilan. LP media broadcast tak hanya menghibur masyarakat Jatinangor melalui media yang ia miliki saja, akan tetapi baru-baru ini LP juga mengadakan konser musik yang bertajuk global warming akhir tahun 2007 lalu. Acara tahunan LP ini cukup ditunggu-tunggu, selain merupakan acara musik yang terbesar di Jatinangor karena mengundang group band indie yang berasal dari Bandung dan luar Bandung acara ini selalu didatangi karena masyarakat Jatinangor telah tahu kualitas LP. Jadi mereka tak ragu lagi untuk datang dalam setiap acara tahunan LP ini.(QQ)

Dari Arena ke Arena


Dunia mahasiswa tentu ada juga yang berkaitan dengan olahraga, apalagi buat temen-temen cowok. Siapa yang gak suaka olahraga, semua cowok, pasti suka olahraga, apalagi yang namanya main bola. Wah kalau para cowok udah berbicara masalah sepakbola, pasti gak ada habisnya. Nah, beberapa tahun terakhir, ada solusi baru untuk mengakali masalah lapangan yang sangat besar dan memakan tempat itu. Yaitu dengan bermain Futsal.

Ya,bermain Futsal selain dapat menyalurkan keinginan kita untuk bermain bola, juga dapat dimainkan dimana saja, karena tak butuh tempat yang luas seperti sepakbola pada umumnya. Sekarang di Jatinangor sudah ada beberapa pilihan tempat untuk bermain futsal yang dapat kalian jadikan pilihan untuk berolahraga atau sekedar menghabiskan waktu bersama teman.

Kali ini kami menyajikan beberapa tempat futsal yang dapat menjadi alternatif pilihan buat para cowok yang ingin berolahraga atau sekedar menghabiskan waktu bersama teman-teman kosan atau teman kuliah.

Jatos Futsal. Tentunya dengan mendengar namanya saja, kita pasti sudah tahu dimana tempat main futsal ini berada. Ya, di Jatos, tepatnya di samping pelataran parkir motor. Disini tersedia satu lapangan yang dilapisi oleh semen dan dicat layaknya lapangan sepakbola. Lapangan ini dikelilingi oleh jaring kawat yang mengurung lapangan layaknya kandang, jadi kalian bisa menendang sekuat-kuatnya tanpa perlu takut bolanya akan terpental jauh. Tempat ini buka dari pukul 09.00 sampai pukul 02.00 pagi. Nah, kocek yang harus teman-teman keluarkan untuk dapat memakai lapangan inipun sangat terjangkau. Jam 09.00-15.00 harganya Rp. 50.000 perjam dan dari jam 16.00-02.00 harganya Rp.65.000 perjam, harganya sama dari senin sapai minggu. Gimana harganya mahasiswa banget kan. Buat kalian yang mau main disini ada baiknya booking dulu biar gak didahului orang. Buat kalian yang mau booking bisa langsung datang ke Jatos Futsal atau telpon ke 022-879200945.

Xo Celsius. Nah, buat kalian yang mau marasakan lapangan rumput sintetis untuk bermain futsal, Xo Celsius menyediakan lapangan tersebut. Selain itu ada pula lapangan semen. Harga kedua lapangan tersebut masih terjangkau kok oleh kalangan mahasiswa, selain itu, kan kalau main futsal, kita bisa patungan untuk membayarnya, jadi gak akan kerasa mahalnya. Kedua lapangan ini bisa kalian rasakan di Xo Celsius yang terletak di daerah Cibeusi, tepatnya hanya beberapa puluh meter setelah pom bensin jatinangor. Berikut tabel harga di Xo Celsius. Kalau kalian ingin membooking, bisa lewat telpon (022-7791440) atau datang langsung. Tapi kalian tentunya harus meninggalkan uang DP sebesar Rp . 25.000. Xo Celsius buka dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 22.00 malam.

Xo Celsius buka dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 22.00 malam. Untuk lapangan rumput sintetis, harganya Rp.100.000 perjam dari pukul 07.00-13.00 dan untuk pukul 13.00-22.00 harganya Rp. 120.000 perjam itu untuk hari senin sampai jumat, sedangkan untuk hari sabtu dan minggu,pada pukul 07.00-13.00 harganya Rp.100.000 perjam dan pada pukul 13.00-22.00 harganya Rp. 120.000. untuk lapangan semen, kalian bisa memakainya dengan merogoh kocek Rp.70.000 perjam dari senin sampai jumat.(van)



Jalan Baru Bukan Jalan Keluar


Bete deh gw. Macet mulu nih. Waduh gw bisa telat ngampus ni kalo macet kayak gini. Mungkin itu juga yang saya dan teman-teman alami di Jatinangor. Ya, kemacetan di Jatinangor merupakan salah satu masalah yang cukup krusial di samping masalah-masalah lain. Kemacetan di kecamatan yang dijadikan kawasan pendidikan ini sampai saat ini belum juga bisa diatasi. Salah satu langkah pemerintah daerah setempat untuk mengatasi kemacetan di Jatinangor adalah membuat ruas jalan sepanjang lebih kurang 1,2 km, untuk membagi dua arus lalu lintas di Jatinangor.

Posisi ruas jalan baru itu dibangun mulai dari arah barat sekitar SPBU Desa Cibeusi Jatinangor hingga pertigaan kampus Unpad depan kantor kecamatan Jatinangor. Kalau dilihat dari arah Bandung menuju Sumedang, ruas jalan baru tersebut membentang di sebelah kiri ruas jalan Bandung-Sumedang. Alurnya, dari mulai sekitar SPBU Desa Cibeusi hingga sebelah barat Kampus STPDN berdampingan dengan ruas jalan yang ada sekarang, pada lahan milik kampus STPDN. Selanjutnya, membelok sedikit ke kiri lalu membentang lurus hingga menembus jalan menuju kampus Unpad melewati lahan di belakang kawasan pemukiman penduduk.

Namun, sepertinya pembangunan ruas jalan baru tersebut belum juga bisa mengatasi masalah kemacetan di Jatinangor. Padatnya kendaraan yang melintas wilayah Jatinangor ditambah dengan padatnya bangunan, ditenggarai sebagai salah satu penyebab kemacetan. Belum lagi angkutan kota (angkot) yang berhenti sembarangan. Belum lagi pedagang kaki lima yang mengambil badan jalan sebagai tempat berdagagang. Jatinangor sendiri merupakan wilayah perlintasan bagi kendaraan yang akan menuju ke arah Cirebon, Majalengka , dan Jawa Tengah.

Kendaraan yang akan menuju Jawa Tengah atau sebaliknya, pasti melewati Jatinangor. Kendaraan yang melintas pun tidak hanya mobil pribadi, tetapi truk-truk pengangkut barang, kontainer, dan bus-bus angkutan kota atau antarkota. Belum lagi angkot dan kendaraan pribadi mahasiswa yang tinggal di Jatinangor.

Padatnya volume kendaraan ini tidak diimbangi dengan luasnya ruas jalan yang ada. Pembangunan ruas jalan yang baru belum juga mengatasi kemacetan. Pengalaman saya sehari-hari, pembangunan ruas jalan tersebut tidak cukup efektif untuk mengatasi kemacetan di Jatinangor.

Sejak jalan tersebut selesai dibangun dan mulai dipergunakan, penumpukan kendaraan justru terjadi di daerah pangkalan Damri (pangdam). Di pertigaan tersebut terjadi penyempitan jalur seperti leher botol (bottleneck). Selain itu, pertigaan tersebut juga merupakan tempat mangkalnya bis Damri dan ojek.

Selain itu, masih ada kendaraan yang melintas di jalur lama yang seharusnya satu arah dari arah Sumedang ke Bandung. Mereka tidak melewati jalan baru tersebut. Padahal di jalur tersebut sudah dipasang rambu lalu lintas “stop” dan panah ke arah kiri (ke arah jalan baru).

Yang lebih menggelikan, baru-baru ini saya menemukan rambu baru di bawah rambu “stop”, yakni tulisan “kecuali angkot”. Menurut saya, pemasangan tulisan tersebut membuktikan pemerintah, khususnya Dinas Perhubungan tidak konsisten dalam menerapkan peraturan. Mengapa angkot diperbolehkan melintas ke jalur yang seharusnya satu arah dari Sumedang ke Bandung?

Pertimbangan yang diambil pemerintah mungkin karena para supir angkot merasa sulit mendapatkan penumpang dari jalur baru tersebut. Padahal, jika semua angkot patuh dan melintas lewat jalur baru, para penumpang pun akan sadar dan mereka akan menunggu angkot di jalur baru juga.

Sudah seharusnya pemerintah bersikap tegas dalam menerapkan dan mengaplikasikan regulasi yang ada. Karena jika kita lihat, kontradiksi rambu-rambu tersebut justru membuat pembangunan jalan baru menjadi percuma. Jika angkot masih melintas ke jalur lama, maka arus kendaraan dari arah Sumedang akan terhambat juga dan kemacetan akan terus terjadi.

Selain itu, sosialisasi jalan baru tersebut harus benar-benar dilaksanakan kepada semua pihak. Para aparat polisi lalu lintas juga harus lebih berani dan tegas dalam menindak setiap pelanggar aturan lintas. Terakhir, yang jelas masalah kemacetan ini merupakan “pr” bagi kita semua. Semua pihak harus memiliki komiten untuk menjadikan Jatinangor benar-benar sebagai kawasan pendidikan yang nyaman dan kondusif. (san)

Sekumpulan Orang di Tengah Kerumunan


Masa liburan memang udah mulai, Jatinangor yang biasanya ramai perlahan-lahan menjadi kawasan yang sepi. Ada yang aneh saat harus menerima kenyataan bahwa Jatinangor mulai sepi. Menjelang malam jalan-jalan yang biasanya ramai akan lalu lalang mahasiswa terlihat lenggang, beberapa rumah makan yang biasanya jadi sasaran makan malam pun terlihat sepi pengunjung. Namun ada satu tempat yang entah mengapa selalu terlihat ramai.

Gerbang Unpad, ya gerbang lama yang sebenarnya sudah tidak berfungsi selayaknya kecuali untuk pejalan kaki ini memang tidak pernah sepi. Saya sempat terusik ketika menyadari masih ada sekelompok anak muda yang dengan santai ngobrol-ngobrol sambil tertawa di sekitar monumen tulisan Universitas Padjadjaran yang sudah tidah terurus itu.

Komunitas Gerbang Unpad (KGU), begitulah mereka menamakan dirinya. Terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas, berbagai jurusan dan berbagai angkatan juga berbagai daerah. Bagi saya KGU seperti Unpad yang dirangkum. Semua ada disini!

KGU berdiri sejak tahun 2002, tepatnya 19 November 2002. KGU memiliki salah satu misi yang cukup unik yaitu membentuk pribadi ke-timuran yang kuat, bertanggung jawab dan mampu menghadapi persaingan zaman.

Sebagai sebuah komunitas, KGU tidak mempunyai kepengurusan yang tetap namun ada satu nama yang sering muncul dan disebut-sebut sebagai kepala suku atau penanggung jawab KGU. Sugito atau yang biasa di panggil Bang Ito oleh anak-anak KGU ini bisa dibilang sebagai salah satu pendiri KGU yang sekarang tetap sayang dengan komunitas ini.

KGU bukanlah sebatas kumpulan anak-anak yang doyang nongkrong di gerbang sambil menikmati Jatinangor di malam hari, KGU juga dibangun sebagai suatu komunitas yang cukup aktif beberapa acara baik besar maupun kecil. Djarum Super Goes to Campus I dan II, Music Parking Performance A Mild Live, Nescafe Embrio Fiesta, Festival Tahu Sumedang, Gerbang Jazz Unpad, Jatinangor Festival (pagelaran seni Sunda), Joke Festival adalah beberapa acara yang pernah mereka selenggarakan.

Selain acara yang disebutkan tadi KGU juga punya acara rutin yaitu KGU Playing Winamp dan terkadang ditemani oleh band performance. Semua kegiatan yang mereka buat tadi secara penuh diusahaklan selalu berada di gerbang sebagai sebuah apresiasi akan eksistensi gerbang Unpad.

Beberapa senior pernah bercerita pada saya, gerbang sekarang tidak seramai gerbang yang dulu, sekarang ini kerbang kekurangan acara dan hal itu pun tidak dipungkiri oleh anak-anak KGU. Regenerasi yang sedikit terhambat mungkin itu yang menjadi tantangan berkembangnya komunitas ini.

Ya, sejujurnya salut untuk anak-anak KGU, mereka masih bisa meluangkan waktu ditengah-tengah padatnya kegiatan. Salut juga buat misi dan semua acara yang mereka buat. Semoga mereka menjadi pembangkit semangat di Jatinangor terlebih lagi saat menjadi kota sunyi seperti sekarang ini. (cha)

Bacabuku, Sayang...


Belakangan ini terdapat rumor mengenai tempat baca buku yang unik di daerah Sayang, Jatinangor. Kabar burung ini begitu cepat menyebar dari mulut ke mulut. Beberapa kawan menggambarkan tempat ini dengan kalimat ; cozy abis, keren, asik, menarik, romantis, dan lainnya lah.

Tapi sayangnya nama tempat tersebut tidak menyebar sehebat rumor mengenai keberadaaanya. Sehingga seringkali jika saya menanyakan nama tempat tersebut, mereka menjawab ”pokoknya yang dekat SD. Di pinggir jalan kok. Sebelum belokan kuburan Sayang”.


Sayangnya saya belum sempat berkunjung ke sana kecuali sekarang ini. Dan ternyata memang benar sekali. Tempatnya sangat berbeda. Namanya pun sangat unik, ”Bacabuku”, just that simple. Mulai dari desain, peletakkan rak buku, dan berbagai hal lainnya benar-benar selera anak muda.


Jika saya kelompokkan apa yang saya lihat ini, bersama toko buku dan taman baca lain yang ada di Jatinangor, tempat ini sangat terasa membawa suasana baru dalam membaca buku. Hal yang paling menonjol dari tempat ini adalah suasana yang sangat berbeda. Tidak akan dapat saya samakan dengan tempat lain di Jatinangor.


Saya masuk, menemukan penjaga terpajang di balik meja kerja, lalu menyapa ramah dan meminta izin untuk menanyakan informasi. Satu hal, sesungguhnya saya sangat terganggu dengan keengganan sang penjaga toko untuk menjawab pertanyaan saya atas nama ’ketidakberwenangan’. Sangat sulit untuk menarik keluar informasi dari penjaga tempat ini.


Tapi akhirnya saya berhasil menanyakan dan mendapat beberapa informasi yang mungkin (dan pasti akan) berguna bagi teman-teman mahasiswa.

Pertama, Bacabuku beralamat lengkap di jalan Kol. A. Syam no. 48 A Jatinangor 45363. Wilayah ini biasa disebut Sayang.


Didirikan tanggal 8 November 2007. Sudah cukup lama, tapi masih tergolong tempat baru. Apalagi saya sendiri belum tahu.


Menurut sang penjaga, target tempat ini adalah semua kalangan. Namun yang dimaksud ”semua kalangan” tersebut pasti pecinta komik sejati. Karena dari 14 rak buku yang yang ada di dalam Bacanuku, 9 diantaranya dijejali dengan komik. Hanya disediakan 5 rak untuk menampung buku pengetahuan populer, novel (Inggris dan sastra), majalah, , dan tiga buah rak mungil dengan tulisan ”new edition”, ”best seller”, dan ”recomended”.


Tempat ini buka dari jam sembilan pagi hingga jam tujuh malam. Dan diklaim menyediakan bacaan anak-anak, dewasa, sampai orang tua.


Ini mungkin kabar baik, bahwa ketika saya mendaftar menjadi member, saya dilayani dengan sangat ramah, dan yang paling penting, gratis. Entah sampai kapan, tapi ada baiknya, selagi gratis cepat-cepat mendaftarkan diri sebagai member. Ini bukan promosi, sumpah. Tapi tempat ini memang sangat keren.


Syarat yang dibutuhkan cukup sederhana. Cukup mengisi formulir, menyertakan fotokopi KTP dan KTM, dan pas photo 2 lembar. Saya doakan gratis selalu.


Buku-buku yang berada di sini dapa dibaca di tempat ataupun dipinjam. Biaya yang dikenakan untuk peminjaman bervariasi tergantung harga buku yang bersangkutan. Mulai dari seribu hingga dua puluh ribu rupiah. Juga dikenakan denda untuk merusak atau melecakkan buku sehingga (menurut bahasa mereka) tidak nyaman lagi untuk dibaca.


Bacabuku memiliki fasilitas yang lengkap. Mushola, toilet, dan yang paling asik, teras baca. Teras baca ini sangat asik dan nyaman, namun di tengah siang cukup terasa panas, karena menggunakan kanopi yang saya rasa kurang redup, atau mereduksi panas.


Tempat ini tidak memiliki cabang. Itu bagus, karena akhirnya Jatinangor punya ikon unik untuk dibanggakan.


Tidak ada kata lain untuk menggambarkan tempat ini selain, ”lebih baik datang sendiri dan lihat kehebatannya”. Salam dari Bicky. See ya...

Banjir Makanan di Jatinangor

Jatinangor adalah sebuah kawasan pendidikan yang memiliki banyak tempat makan. Jangan heran bila Anda masuk ke daerah jatinangor, khususnya di daerah sekitar Universitas Padjadjaran, Anda akan melihat begitu banyak pilihan makanan di sepanjang jalan Jatinangor. Dari mulai makanan ringan sampai makanan berat ada semua di sepanjang jalan Jatinangor.
Di gerbang lama Univeristas Padjadjaran ada banyak tukang jualan makanan dan minuman. Dari mulai makanan ringan seperti awug, gurandil, lupis, dan kelepon yang dijual dengan harga seribu rupiah. Harga yang sangat murah tetapi memuaskan. Dengan uang seribu rupiah, kita bisa menikmati makanan ringan khas Sunda tersebut dengan porsi yang lumayan banyak. Lumayan untuk ngemil-ngemil sambil jalan ke kampus atau pulang ke kost-an. Di gerbang juga ada tukang jual lumpia, nasi goreng, mie ayam, martabak, pisang ijo, dan masih banyak lagi.
Selain di gerbang, di pinggiran jalan Jatinangor pun banyak tukang jual makanan, khususnya makanan berat. Dari mulai nasi goreng, pecel bebek, dan ayam goreng. Tukang jual makanan ini tersebar di seluruh penjuru Jatinangor. Ya, bisa dibilang di setiap daerah di Jatinangor pasti ada tukang pecel bebek, nasi goreng, dan ayam goreng.
Di Jatinangor ada tempat makan soto yang enak banget. Biasanya kalau jam makan siang, tempat makan ini rame banget. Kalian bisa coba warung AAA (dibaca a tiga). AAA adalah Adi Ada Ajah. AAA ini adalah warung soto paling enak di Jatinangor. Di warung AAA ini juga menyediakan nasi dan lauk pauk. Ya, bisa dibilang kaya warung nasi gitu. Di AAA ada salah satu menu yang harus dicoba kalau kita lagi kepanasan banget dan butuh yang segar-segar. Kalian semua harus nyoba es mangga. Seger banget dan patut dicoba!
Tidak hanya warung AAA, ada juga warung DK. Warung DK ini punya banyak cabang. Warung DK di daerah Cikuda punya kelebihan yang bisa bikin kalian semua nyaman makan di sana. Tempatnya nyaman dengan nuansa alam yang sangat menyejukkan.(sty)